DOWNTIME MACHINE

Apakah itu downtime mesin?
Downtime mesin merupakan suatu kondisi dimana mesin yang digunakan untuk kegiatan produksi tidak bisa beroperasi atau tidak berjalan normal seperti biasanya karena adanya kendala atau kerusan pada mesin.

Kerusakan mesin yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada mesin dan juga terganggunya proses produksi.


Bagaimana Meminimalisir dampak downtime mesin?
Perlu dilakukan upaya pemeliharaan yang rutin untuk meminimalisir dampak downtime mesin, maka dari itu pentingnya kegiatan dalam TPM menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir adanya downtime mesin dan bertujuan agar mesin awet.

Selain perawatan salah satu upaya untuk meminimalisir dampak dari tidak berjalannya mesin (downtime mesin) adalah kecepatan mekanik dalam reparasi mesin.

Kecepatan mekanik untuk merespon kejadian dan mereparasi mesin yang bermasalah harus menjadi prioritas jika ingin kegiatan produksi tetap berjalan.

Perlu adanya manajemen komunikasi yang baik antara user atau pengguna mesin dan mekanik, serta harus ditunjang pula dengan sistem yang dapat memudahkan pengguna mesin (operator) untuk memberitahukan masalah secara cepat.

Hal tersebut bertujuan ketika terjadi downtime mesin bisa langsung di tangani oleh mekanik dengan cepat.

Salah satu sistem yang bisa digunakan dengan mudah untuk memberitahukan informasi secara jelas adalah Andon.

Ilustrasi Andon system
Gambar 1, Ilustrasi Andon system

Penggunaan andon sangat efektif untuk memberitahukan informasi tentang suatu kejadian atau masalah.
Karena dalam praktiknya informasi yang disampaikan tersebut di visualisasikan melalui sebuah media maupun visual alat lainnya, sehingga orang yang menangkap informasi tersebut lebih mudah untuk memahami apa yang sedang disampaikan oleh media andon tersebut.

Membuat laporan Downtime?
Selain memakai manajemen visual seperti andon diatas, kerusakan mesin juga perlu dilakukan  pencatatan.
Catatan tersebut sangat berguna bagi mekanik yaitu seperti :
1. Mengetahui mesin mana saja yang sering mengalami kerusakan.
2. Jenis kerusakan apa saja yang sering terjadi.
3. Berapakali mesin tersebut mengalami kerusakan.
4. Lamanya perbaikan.

Gambar 2, Form Downtime Mesin

Pada gambar diatas merupakan contoh laporan history kerusakan mesin, data tersebut sangat berguna bagi departemen mekanik untuk mengetahui performance mesin dan kinerja atau skill para mekaniknya.

Dengan data tersebut mekanik dapat menyeleksi mesin-mesin mana saja yang harus di prioritaskan untuk service secara berkala.

Manfaat pemeriksaan mesin-mesin yang sering mengalami masalah tersebut diatas, selain dapat meminimalisir masalah juga sangat berguna untuk menjaga performance mesin sehingga tetap awet (tidak cepat rusak).

Video 1, Downtime machine

Perusahaan-perusahaan tertentu sudah bisa memanfaatkan analisa downtime ini sebagai bahan pertimbangan bonus maupun kenaikan gaji bagi karyawan mekanik yang memiliki skill/performance paling bagus.

QUICK CHANGE OVER

Pengertian Quick Change Over (QCO)
Quick Change Over (QCO) merupakan sebuah konsep untuk mempersingkat waktu pergantian model yang lama ke baru yaitu dengan cara merencanakan proses pergantian model, memangkas waktu kerja, atau menghilangkan dan meminimalisir pekerjaan yang tidak diperlukan tanpa menghentikan proses kerja.

Ilustrasi Proses Change Over di Formula 1

Mengapa konsep ini sangat penting?
Karena sebagaimna kita ketahui, salah satu pemborosan paling besar dalam proses produksi adalah ketika terjadinya pergantian model baru atau Style baru.

Dalam artikel 7 pemborosan sebelumnya sudah dijelaskan, semakin tinggi pemborosan dalam suatu area kerja maka akan semakin lama pula proses produksinya. 

Semakin lama proses produksi maka akan semakin banyak pula kerugian yang akan didapatkan, seperti waktu pengiraman akan terhambat sehingga akan mendapatkan pinalti dari "Buyer", pengeluaran yang tidak perlu akan timbul seperti : Lembur karyawan & tagihan listrik dan lain-lain.

Tujuan QCO
Quick Change Over merupakan salah satu alat dalam lean Manufacturing yang bertujuan untuk memperpendek waktu pergantian model baru sehingga mempercepat lead time suatu proses kerja. 

Ilustrasi Sederhana Konsep QCO
Untuk lebih mudah memahami proses change over, berikut ilustrasi Change Over sederhana yang digambarkan (Lihat di video 1 dibawah) terdiri dari 2 (Dua) jenis proses yang berbeda, yaitu proses ke-1 (Pertama) "memasak Ayam" dan proses ke-2 (Dua) dilanjutkan "memasak Telur Ayam".

Proses change over terjadi (Silahkan putar video 1,dibawah) ketika proses "memasak ayam" selesai (Lihat Kotak biru nomer 4, video1), dan dilanjutkan proses "menggoreng telur ayam" (Lihat Kotak merah nomer 1 sampai 3, video 1).

Video 1

Pengukuran QCO
Dalam QCO  ada 3 (tiga) poin pengukuran) yaitu sebagai berikut:

1. COT / Change Over Time
Change Over Time merupakan Jarak waktu antara model lama selesai dengan output pertama model baru.

Video 2

Proses Change Over Time terjadi (Silahkan putar video 2, diatas) ketika proses "memasak ayam" selesai (Lihat Kotak Biru nomer 4, Video 2), dan dilanjutkan proses "menggoreng Telur Ayam" sampai dengan Kotak berwarna Merah nomer 1,2 dan 3,video 2) 

2. Troughput Time / Kecepatan Layout
Troughput Time merupakan waktu yang dibutuhkan dari awal dimulainya model baru hingga output pertama model baru.

Video 3

Proses Troughput Time terjadi (Silahkan putar video 3, diatas) ketika proses "menggoreng telur ayam" dimulai hingga selesai (lihat Kotak Merah nomer 1,2 dan 3, Video 3) 

3. COPT / Change Over Per Process Time
Change Over Per Process Time merupakan Kecepatan setiap Process pada saat pergantian model baru.

Video 4

Proses Change Over Per Process Time terjadi (Silahkan putar video 4, diatas) ketika dimulainya proses awal "menggoreng telur ayam" memecahkan telur (Kotak merah Nomer 1,video 4), dilanjutkan menaruh telur di wajan (Kotak merah Nomer 2,video 4) dan di akhiri ketika telur yang di goreng sudah matang (Kotak merah Nomer 3,video 4).

Penyebab Lamanya Proses Change Over
Apa yang menjadi penyebab proses change over berjalan lama yaitu sebagai berikut :

1. Planing tidak tepat.
-Adanya perubahan jadwal produksi (Mundur-maju) merupakan salah satu penyebab planing tidak tepat, perubahan jadwal bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu : Keterlambatan kedatangan material, line produksi tidak mencapai Target, Masalah kualitas dan lain-lain.

2. Keterlambatan Material.
Keterlambatan material bisa di sebabkan dari beberapa faktor, salah satunya adalah supplier terlambat mengrimkan material, jadwal berubah, perubahan bentuk model dan masalah mesin dan lain-lain.

3. Persiapan kurang.
- Mesin tidak dipersiapkan, kerusakan mesin & penyetalan mesin untuk model baru lama, baiknya dibuatkan standard waktu persiapan penyetelan mesin contoh 7 hari sebelum pergantian model baru (Layout).
- Alat bantu kerja tidak dipersiapkan sebelumnya.

4. Keterampilan Operator kurang.
- Keterampilan operator/karyawan untuk mengerjakan model baru masih kurang, hal tersebut bisa dikarenakan leader tidak mengajari dan menentukan operator yang akan mengerjakan pada tiap-tiap proses, serta penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan spesialisasinya menjadi penyebab lamanya waktu pergantian model baru.
Baiknya untuk menghindari masalah kerampilan ini leader harus mengajari dan melihat kerampilan masing-masing karyawan berdasarkan informasi dari masing-masing karyawan maupun laporan matrix skill.

5. Masalah kualitas.
- Masalah kualitas yang tidak memenuhi standard merupakan salah satu faktor penyebab lamanya pergantian model baru, hal ini sangat berkaitan dengan penyetelan dan keterampilan karyawan yang sudah di jelaskan pada nomer 2 dan nomer 3 diatas.
Mengurangi masalah kualitas pada saat pergantian model baru bisa dilakukan dengan memastikan mesin sudah di setting, alat bantu kerja tersedia dan memastikan skill karyawan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

6. Proses yang masih belum pasti.
- Pada poin ini jarang terjadi namun pada kasus-kasus tertentu bisa ditemukan, contohnya ketika jadwal produksi sudah ditetapkan namun line leader belum membuat "sample" terlebih dahulu.

Tujuan pembuatan "sample" tersebut adalah untuk mengetahui keseluruhan proses dan kesulitannya, adapula ditemukan permintaan dari "Buyer" pada spesikasi tertentu yang permintaannya datang ketika proses pergantian model baru sedang atau sudah berjalan.

Akibat yang ditimbulkan dengan waktu change over yang terlalu lama adalah sebagai berikut :

1. Waktu pengiraman akan terhambat sehingga akan mendapatkan pinalti dari "Buyer".
2. Adanya pengeluaran yang tidak perlu : lembur karyawan & tagihan listrik dan lain-lain.
3. Rentan adanya material yang rusak dikarenakan terlalu lama proses produksinya.


MESIN JAHIT OBRAS (OVERLOCK MACHINE)


Apa itu mesin Jahit Obras?

Mesin jahit obras atau yang sering disebut dengan mesin jahit Overlock merupakan mesin jahit yang digunakan untuk menjahit dan merapihkan bagian tepi dari kain/garmen.

Bagian tepi kain/garmen yang di jahit menjadi rapi dikarenakan kain tertutup oleh jahitan mesin obras sehingga serat kain tidak akan terurai maupun rusak.

Selain rapih, tepi kain yang dijahit pun akan rata, hal tersebut dikarenakan mesin obras memiliki pisau yang akan memotong bagian sisa bagian tepi kain pada saat proses penjahitan berlangsung, sehingga hasil jahitan mesin jahit obras akan selalu nampak rata dan rapih.

Mesin obras sering digunakan untuk menjahit proses penggabungan 2 panel fabric/garmen salah satunya yaitu seperti :

1. Join Sleeve (Pengabungan lengan dan badan).


2. Join Side Seam (gabung badan samping).


Jenis jahitan mesin obras berbeda-beda hal tersebut dikarenakan tujuan dan penggunaan dari bagian yang dijahit berbeda pula.

namun sebelum membahas tentang jenis jahitan, tahap awal yang perlu kita pelajari adalah bagian-bagian dari mesin jahit itu sendiri yaitu sebagai berikut :

Bagian-bagian mesin obras

Gambar 1
Pada gambar 1 diatas menunjukan penampakkan mesin jahit obras jika dilihat dari depan yang terdiri dari :

1. Tempat kain / cloth plate
Tempat kain digunakan sebagai tempat untuk meletakkan bagian dari kain/garmen yang akan atau sedang dalam proses penjahitan.

2. Badan mesin / Body Machine
Badan mesin obras merupakan bagian inti dari mesin obras, bagian inilah yang befungsi untuk  menjahit kain/garment.

3. Tuas menjalankan mesin / Pedal Engine
Tuas menjalankan mesin befungsi untuk  menjalankan dan meberhentikan mesin obras.

4. Meja mesin / Table
Meja mesin digunakan sebagai landasan/dasar mesin jahit obras, selain dijadikan sebagai landasan mesin obras juga dapat difungsikan untuk  mengukur panjang material (bagian depan meja terdapat meteran), tempat kain/garmen yang sedang dijahit dan dijadikan sebagai landasan tiang benang/cones.

5. Kaki Meja / Table foot
kaki meja mesin digunakan sebagai penyangga mesin sehingga dapat tetap tegak berdiri.

6. Tuas mengangkat sepatu / Pedal presser foot
Tuas ini berfungsi untuk mengangkat sepatu (Presser foot) secara manual dengan menggunakan kaki ketika akan mengambil kain/garmen yang sudah selesai dijahit.

Gambar 2
Pada mesin obras seperti gambar 2 diatas, terdapat bagian-bagian yang memiliki fungsi dan penggunaan berbeda-beda yaitu sebagai berikut :

1. Tiang alur benang / Thread guide
Tiang benang adalah jalur benang yang berfungsi agar benang tidak terlilit benda sekitar mesin dan menjaga kestabilan tegangan benang.

2. Lengan penekan sepatu / Presser foot arm
Lengan penekan sepatu berfungsi untuk menekan dan menjepit kain dengan bagian feed dog (lihat gambar 10) agar kain tidak lepas dan memudahkan penjahitan. 

3. Tempat kain / Cloth plate
Tempat kain atau cloth plate digunakan untuk menaruh bagian/area kain yang akan dijahit.

4. Badan mesin / Body
Badan mesin merupakan bagian inti terluar dari mesin jahit obras yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam mesin.

5. Sepatu / Foot
Sepatu berfungsi untuk menekan dan menjepit kain sehingga dapat di arahkan sesuai dengan bentuk/pola jahitannya.


Gambar 3

6. Pengatur tegangan benang / thread tension
Pengatur tegangan benang berfungsi untuk mengatur tegangan benang atas maupun bawah sehingga tidak terlalu kencang maupun kendur.

7. Penekan sepatu / Presser foot regulator
Penekan sepatu berfungsi untuk mengatur tekanan sepatu kain terhadap kain.

8. Pelindung mata & jari / Eye & Finger Guard
Pelindung mata dan jari berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel yang dapat membahayakan mata katika proses menjahir berlangsung seperti (debu kasar, patahan jarum dan material lainnya), sedangkan pelindung jari berfungsi untuk memiminalisir kecelakaan kerja yang diakibatkan dari tertusuknya tangan oleh jarum ataupun pisau mesin obras.

9. Penutup minyak / Oil cap
Pentutup minyak selain digunakan untuk penutup supaya minya tidak keluar, juga berfungsi untuk mengecek isi minyak, sehingga kapan harus dilakaukan pelumasan pada mesin.

10. Pengatur SPI / SPI Adjustment
Pengatur SPI (Stitch per inch) berfungsi untuk mengatur jumlah stitching pada jahitan.

Gambar 4
Pada gambar 4 diatas menjelaskan jalur benang dari cones ke mesin obras.

Gambar 5
Gambar 5 diatas menjelaskan fungsi dari tombol pengatur tegangan benang dan contoh hasil jahitan obras benang 4 (empat).

Gambar 6
Gambar 6 diatas menjelaskan hasil jahitan obras benang 4 (empat) dan nama jahitannya, dengan mengetahui nama jahitan maka kita akan lebih mudah untuk untuk memperbaiki masalah tegangan benang (kencang atau kendur) yaitu dengan cara mengatur tombol tegangan benang seperti pada gambar 5 diatas.

Gambar 7
Gambar 7 diatas menjelaskan tentang bagian-bagian yang perlu diketahui fungsinya sebelum hendak menjalankan mesin obras yaitu sebagai berikut :
1. Pemotong kain (cutting blade) berfungsi untuk memotong tepi kain sehingga tepi kain dan hasil jahitan menjadi rata.

2. Jarum (Needle) berfungsi untuk menusuk kain dan membuat jeratan pada kain.

3. Pelindung tangan (Finger Guard) melindungi tangan tertusuk jarum dan terkena pisau mesin obras.

4. Lengan penekan sepatu (Presser foot arm) berfungsi untuk memberi teknanan pada "sepatu" sehingga "sepatu" dapat menjepit kain.

5. Sepatu (Foot) Sepatu berfungsi untuk menekan dan menjepit kain sehingga dapat di arahkan sesuai dengan bentuk/pola jahitannya.

Gambar 8
Pada gambar 8 diatas, terdapat bagian mesin obras yaitu :
1. Tuas pengunci tekanan (Presser foot release lever) pada presser foot arm, dan 
2. Pengatur tekanan "sepatu" terhadap kain (presser foot regulator).

Penjelasan bagian-bagian yang biasa dipakai ketika menggunakan mesin obras di rangkum pada gambar 9 dan gambar 10 dibawah ini yaitu sebagai berikut:


Jenis jahitan mesin obras 

Jahitan mesin obras terdiri dari beberapa macam jenisnya, perbedaan tersebut hanya teletak pada jumlah benang jarum dan benang looper yang digunakan, untuk lebih mudah membedakan  macam-macam jenis jahitan mesin obras sebagai berikut :

1. Mesin jahit obras benang 2

Jahitan mesin obras benang 2 (Dua) dibentuk oleh 1 (satu) benang jarum dan 1 (satu) benang looper, benang jarum berfungsi sebagai jahitan penguat sementara benang looper merupakan benang rantai yang menutup (cover) tepi kain.


2. Mesin jahit obras benang 3

Jahitan mesin obras benang 3 (Tiga) dibentuk oleh 1 (satu) benang jarum dan 2 (dua) benang looper yaitu Benang  looper atas dan looper bawah, benang jarum berfungsi sebagai jahitan penguat sementara benang looper merupakan benang rantai yang menutup (cover) tepi kain.  Benang looper atas digunakan untuk menutup tepi kain bagian atas sedangakan benang looper bawah digunakan untuk menutup tepi kain bagian bawah.


3. Mesin jahit obras benang 4
Jahitan mesin obras benang 4 (Empat) dibentuk oleh 2 (dua) benang jarum dan 2 (Dua) benang looper, tujuan penggunaan 2 (dua) benang jarum yaitu 1 benang jahitan digunakan sebagai jahitan penguat dan 1 benang jahitan untuk mengunci/penguat jahitan looper, sementara benang looper merupakan jahitan rantai yang menutup (cover) tepi kain.  Benang looper atas digunakan untuk menutup tepi kain bagian atas sedangkan benang looper bawah digunakan untuk menutup tepi kain bagian bawah.

4. Mesin jahit obras benang 5
Jahitan mesin obras benang 5 (Lima) merupakan kombinasi antara single-needle chainstitch 2 (Tiga) benang jarum dan dan overedge stitch 3 (tiga) benang looper.  Jenis jahitan ini cocok digunakan untuk menjahit kain yang berbahan Woven, Rajutan & kain berat seperti Denim, karena jenis jahitan ini kuat dan tahan lama.

4. Mesin jahit obras benang 6 
Jahitan mesin obras benang 6 (Enam)
dibentuk oleh 3 (Tiga) benang jarum, 2 (tiga) benang looper dan 1 (satu) benang spreader, Jenis jahitan ini dirancang untuk overseaming dan penyambungan material fleksibel dan non-fleksibel, Jenis jahitan ini biasa digunakan untuk menjahit T-Shirt, baju bayi dan lain sebagainya.

Referensi :
1. Manual book ISO Stitch Terminology
2. Instruction Manual MO-6800 Juki
3. Manual and parts list Singer 321C 

KPI - KEY PERFORMANCE INDICATOR

Arti KPI
KPI merupakan salah satu tool (alat bantu) yang berfungsi sebagai indikator performa atau pencapaian kerja karyawan atau suatu departemen.

Penilaian dalam KPI sangat bervariasi namun sebagian besar penilaian di KPI berfokus pada hasil dan produk jadi seperti : produktifitas, kualitas, jam kerja efektif, manpower, Produk Inovasi/improvement dan masih banyak lagi.

Penilaian dalam KPI bergantung pada kebutuhan user atau pengguna yang membutuhkan data tersebut, tapi secara garis besar poin-poin dalam KPI adalah yang telah disebutkan diatas.

Bentuk dan Tampilan KPI
Penyajian informasi KPI biasanya banyak bebentuk grafik atau diagram tujuannya adalah agar lebih memudahkan seseorang dalam menerjemahkan maupun memahami isi yang inin disampaikan dalam KPI, sehingga informasi yang disampaikan akan lebih efektif.

Berikut  contoh KPI di suatu pabrik garmen
Gambar 1

Gambar 2


Fungsi KPI
KPI dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam suatu sistem produksi, garfik maunpun diagram menunjukan tingkat keberhasil maupun kegagalan suatu lini produksi terhadap standard atau target yang sudah ditetapkan, tentu ini sangat membantu bagi jajaran manajemen suatu perusahaan karena dapat lebih memudahkan dalam membaca pencapaian suatu lini produksi.


THREAD CONSUMTION


Benang dibangun dari serat-serat yang dipintal menjadi panjang, dalam industri manufaktur terutama garmen tentu sudah tidak asing dengan benang.

Pentingnya Perhitungan Penggunaan Benang. 
Benang merupakan salah satu komponen penting untuk menjahit garmen maupun barang sandang lainnya, tetapi terkadang dalam hal pemanfaatannya benang sering tidak diperdulikan.

Padahal biaya dan penggunaan bahan baku merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan, tidak merencanakan dan memperhitungkan pemanfaatan benang merupakan penyebab sering banyaknya kekurangan benang ketika proses produksi berlangsung.

Sehingga dibutuhkan perencanaan dan perhitungan yang cermat agar benang di gunakan secara efisien.

Pemanfaatan benang yang di rencanakan serta dengan perhitungan yang cermat dapat menghemat pengeluaran biaya dan efisiensi bahan baku benang. 

Faktor-gfaktor yang mempengaruhi konsumsi benang
Perhitungan pemanfaatan benang merupakan kunci dalam pengendalian dalam penggunaan benang pada saat menjahit, untuk dapat mencapainya terlebih dahulu harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada tingkat konsumsi benang pada produk yang dijahit.

Faktor-faktor tersebut adalah jenis jahitan, ketebalan material, jumlah lapisan, konstruksi dan SPI (jahitan per inci) dan panjang jahitan.
Menghitung konsumsi benang secara umum dapat dilakukan dengan cara menganalisa detail jahitan barang, mulai dari  :
1. Jenis jahitan dan jenis mesin.
2. Ketebalan material.
3. Jumlah lapisan.
4. Konstruksi dan SPI (jahitan per inci) dan
5. Panjang jahitan.

Membuat Laporan Konsumsi Benang
Setelah detail jahitan barang sudah diketahui diatas, tahap selanjutnya adalah menyalin informasi detail jahitan tersebut di masukan kedalam bentuk laporan yang bertujuan untuk memudahkan dalam proses analisa konsumsi pemanfaatan benang.

Alat untuk menghitung konsumsi Benang
Berikut langkah-langkah analisa perhitungan konsumsi benang sebagai berikut:

A. Siapkan Metline
Metline (Pita ukur) digunakan untuk mengukur panjang jahitan garmen, sehingga kita dapat mengetahui panjang atau konsumsi benang jahitan.

Pengukuran dengan menggunakan metline ini harus mengikuti bentuk (Shape) artinya jika bentuk jahitan melingkar atau memiliki sudut maka pengukuran metline juga harus mengikuti bentuknya tersebut. 

B. Siapkan kalkulator
Kalkulator digunakan untuk memudahkan dalam menghitung hasil pengukuran pada poin (A) diatas.

C. Ukur panjang jahitan
Pengukuran panjang jahitan bertujuan untuk mengetahui panjang aktual jahitan, proses pengukuran ini sama saja seperti mengukur size spech garmen oleh seorang Quality Control.  

Cara pengukuran adalah harus mengikuti bentuk garmen, tujuannya adalah agar panjang ukuran yang didapat lebih akurat, sehingga perhitungan konsumsi benang sesuai dengan penggunaan aktual.
    
D. Breakdown proses untuk menganalisa konsumsi benang :

1. Process : Breakdown process adalah langkah awal yang harus terlebih dahulu dilakukan, tujuannya adalah agar dapat mengetahui alur proses jahitan dari awal sampai akhir serta dapat mengetahui konsumsi benang setiap prosesnya.

2. Machine type : Analisa jenis mesin yang digunakan untuk mengerjakan per masing-masing proses.

3. Seam allowance : Mengukur panjang jahitan (lihat Poin C diatas).

4. Frequency : Jumlah proses yang sama contoh : 

Gambar 1

1. Berdasarkan gambar gambar 1 diatas bagian "1.Plaket"  memiliki 2 frequensi penjahitan, artinya dalam 1 baju garmen terdapat 2 komponen/bagian yang harus di jahit yaitu komponen plaket bagian kanan + komponen plaket bagian kiri, sehingga frekuensi penjahitan proses plaket ada 2x.

2. Berdasarkan gambar gambar 1 diatas bagian "2.Heming" hanya memiliki 1 (sekali) frequensi penjahitan, 
artinya dalam 1 baju garmen bagian heming hanya terdapat 1 komponen/bagian yang harus dijahit.
Hal tersebut karena bagian heming adalah proses membuat lipatan di bagian bawah badan saja, sehingga  hanya terdapat 1 komponen badan yang dijahit, maka frekuensi penjahitannya hanya 1x.

5. Total seam Length: Panjang jahitan total. Panjang jahitan secara keseluruhan (perkalihan Nomer 3 x 4 diatas)

6. Ratio : Panjang benang dalam 1 cm per jenis mesin (standard).
Catatan: Panjang benang setiap jenis mesin berbeda-beda.

7. Thread Length Requirement : Total panjang benang sesuai dengan permintaan (Total seam length (5) x Ratio (6)).

8. Stitch Ratio (Nomer 6 & 8: Standard panjang jahitan per jenis mesin.
Panjang benang dalam jahitan dapat diketahui dengan cara membuka jahitan dan mengukur panjang jahitan aktualnya (inch/cm). 

Cara mengetahui panjang benang dalam jahitan:
8.1 Tentukan jenis mesin yang akan diukur panjang jahitannya.
8.2 Ukurlah jahitan dan tandai per 1 inch/cm.
8.3 Buka (Dedel) jahitannya.
8.4 Ukur, dalam 1 inc/cm berapakah panjang aktual benang.
8.5 Hasil pengukuran merupakan standard panjang benang per jenis mesin yang di analisa.
8.6 Lakukan langkah-langkah diatas untuk jenis mesin yang lainnya.
Catatan: Panjang benang setiap jenis mesin berbeda-beda.

Gambar 2

Gambar 2 diatas merupakan contoh laporan penggunaan benang di setiap prosesnya dalam 1 garmen.

Laporan penggunakan benang diatas dapat memudahkan untuk menghitung jumlah pemanfaatan benang dalam 1 garmen maupun keseluruhan order produksi.  

Gambar 3

Gambar 3 diatas merupakan contoh konsumsi benang dalam 1 inch per jenis mesinnya, seperti yang sudah di bahas diatas, konsumsi benang setiap mesin berbeda-beda.
Sehingga dalam perhitungan konsumsi benang setiap proses harus di hitung sesuai dengan jenis mesin yang digunakan. 

Contoh  perhitungan benang
Gambar 4

Catatan : "Tipe manual" berwarna biru tidak dihitung karena bukan proses menjahit/tidak menggunakan benang.

  • Total konsumsi benang semua proses (1 baju) adalah 3312 cm.
  • Total konsumsi benang semua proses (1 baju) dalam 1 meter + allowance 15% adalah 3312/100 x 15% = 38 Meter.
  • Total konsumsi benang semua proses (1 baju) dalam 1 yard adalah 38 x 1.09361 = 42 Yards.
  • Note : 1 meter = 1.09361 Yards.
  • Total konsumsi benang semua proses (1 baju) dalam 1 cones adalah 38 / 5000 = 0.00762 Cones.
  • Note : 1 cones = 5000 yds/  1 cones elastic = 1600 yds.
  • Total konsumsi 5168 pcs baju adalah 5168 X  0.00762 = 39 Cones.

Allowance merupakan kelonggaran atau spare yang masih dianggap wajar dan masih diizinkan, pemberian allowance secara umum pada kisaran 10% hingga 15%.  

Allowance bertujuan untuk menghindari kekurangan benang karena adanya penggunaan yang tidak terencana, karena dalam aktualisasinya tidak 100% pemanfaatan benang bisa digunakan secara maksimal dalam hal ini bisa disebut dengan pemborosan. 

Pemborosan ini terjadi karena kondisi tidak terduga seperti : kerusakan benang, benang untuk pengisian bobin/sekoci, rework barang dan lain lain.